Wakil Rektor II INSTIKA K.H. Mohammad Hosnan, M.Pd. Sukses Raih Gelar Doktor di UIN Malang

INSTIKA Kamis, 9 Juni 2022 07:35 WIB
1488x ditampilkan Galeri Headline Berita

Malang - INSTIKA - Wakil Rektor II Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep, K.H. Mohammad Hosnan, M.Pd., sukses meraih gelar doktor dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Rabu (8/6/2022).

Gelar itu diperoleh setelah Kiai Hosnan, demikian panggilan akrab wakil rektor II itu, mampu mempertahankan hasil penelitian disertasinya di hadapan para penguji pada Sidang Promosi Doktor Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner.

Sidang itu berlangsung di Aula Gedung B Lt. IV Pascasarjana UIN Malang. Bertindak sebagai Penguji I Prof. Dr. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag., Penguji II Prof. Dr. H. Nur Ali, M.Pd., Penguji III Dr. H. Achmad Khudori Soleh, M.Ag., Ketua/Penguji IV Prof. Dr. H. Wahidmurni, M.Pd., Ak., Sekretaris/Penguji V Dr. H. Ahmad Barizi, M.A., Promotor/Penguji VI Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag., Co-Promotor/Penguji VII Prof. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd.

Kiai Hosnan menulis disertasi berjudul: 'Pendidikan Islam Wasathiyah dalam Pesantren Online (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Annuqayah dan Pondok Pesantren Nurul Islam, Sumenep, Jawa Timur)'.

Di hadapan para penguji, Kiai Hosnan yang kuliah S1-nya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, memaparkan hasil penelitian disertasinya. Menurutnya, pendidikan Islam Wasathiyah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.

"Pendidikan Wasathiyah akhir-akhir ini tidak bisa ditolak oleh masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia umumnya. Karena munculnya fenomena-fenomena radikalisme di berbagai belahan dunia. Sehingga dengan demikian, pendidikan Islam Wasathiyah menjadi pendidikan alternatif dan pilihan yang paling tepat untuk masyarakat," katanya.

Terlebih, sambungnya, pemerintah saat ini memang sedang gencar mempromosikan  program moderasi beragama yang memang sudah diajarkan di pesantren-pesantren sejak dahulu. "Sejak dahulu bisa dipastikan pondok-pondok pesantren mengajarkan Islam Wasathiyah yang dulunya kita kenal sebagai ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah," katanya.

Sebagaimana ajaran Ahlussunnah Waljamaah, Pendidikan Islam Wasathiyah juga mengembangkan beberapa prinsip ajaran, yaitu moderat, keadilan, kesetaraan, musyawarah, dan lain-lain. "Pendidikan Islam Wasathiyah memasuki momentum yang sangat tepat akhir-akhir ini karena arus radikalisme telah memulai babak-babak baru melalui media online yang sangat massif," terangnya.

Dengan demikian, sambung pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Kusuma Bangsa itu, pondok pesantren sebagai benteng utama pengembangan ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawabnya untuk juga terlibat dalam media online.

Sehubungan dengan itulah, wakil rektor II INSTIKA yang sekaligus menjadi Rektor IST Annuqayah ini, tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Pondok Pesantren Annuqayah dan Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Sumenep yang memiliki media online untuk mengajarkan dan mengembangkan pendidikan Islam Wasathiyah.

Untuk memperjelas objek penelitian, Kiai Hosnan membedakan dengan tegas antara pesantren virtual dan pesantren online. Menurutnya, pondok pesantren yang memiliki santri dan menetap di suatu tempat bersama kiai sekaligus aktif di media online disebutnya sebagai Pesantren Online. "Peneliti sebelumnya menjelaskan bahwa pondok pesantren virtual dan online sama saja, namun saya menemukan adanya perbedaan antara keduanya. Saya membedakan dengan tegas bahwa pesantren virtual itu adalah ada kiai, santri, dan kitabnya tetapi semuanya bersifat maya, sehingga pondoknya, masjidnya, santrinya, dan sekolahnya dalam bentuk fisik tidak ada, seperti yang diasuh Kiai Ulil Abshar Abdalla. Inilah Pesantren Virtual," katanya.

Kiai Hosnan kemudian memfokuskan kajiannya pada Pesantren Online dan dipilihlah Pesantren Annuqayah dan Nurul Islam sebagai objek penelitian dan representasi dari Pondok Pesantren Online yang mengajarkan Islam Wasathiyah.

"Sangat banyak konten-konten yang sangat cocok dengan nilai-nilai yang menjadi visi dan tujuan utama di dalam ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah yang kita populerkan sekarang sebagai Pendidikan Islam Wasathiyah," kata Kiai Hosnan memaparkan temuan penelitiannya di media online pada kedua pondok pesantren tersebut.

Kiai Hosnan juga menemukan efektivitas media online untuk menyebarkan dan mengajarkan Islam Wasathiyah yang digunakan oleh kedua pondok pesantren yang diteliti tersebut. "Dari sini saya menemukan bahwa efektivitas penggunaan media online ternyata sangat tinggi dilihat dari jumlah penontonnya," katanya.

Dari temuanya tersebut, Kiai Hosnan merekomendasikan kepada seluruh Pondok Pesantren di Indonesia turut aktif dalam media online untuk mengembangkan dan mengajarkan nilai-nilai Pendidikan Islam Wasathiyah guna membendung paham radikalisme yang juga disebarkan melalui media online.

Keberhasilan Kiai Hosnan dalam mempertahankan hasil penelitian disertasinya di hadapan para penguji telah  menjadikannya sebagai doktor. Di UIN Malang, sebagaimana disampaikan Ketua Sidang, Prof. Dr. Wahidmurni, Kiai Hosnan tercatat sebagai doktor yang ke-500. Sementara di tempatnya mengabdi, yakni INSTIKA, tercatat sebagai doktor yang ke-15.

Hadir mengikuti ujian promosi doktor itu, mantan Rektor INSTIKA yang sekarang menjabat Ketua Yayasan Annuqayah, K.H. Abbadi Ishomuddin, Wakil Rektor I INSTIKA Dr. H. Damanhuri, M.Ag., dan Wakil Rektor III K. M. Mushthafa, M.A.

Rektor, Drs. K.H. Ah. Syamli, M.Pd.I., dan seluruh civitas academica INSTIKA mengucapkan selamat dan sukses kepada Dr. K.H. Mohammad Hosnan, M.Pd., atas keberhasilannya meraih gelar doktor di bidang Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner.

Penulis: Masykur Arif (LP2D)