Penegakan KEM untuk Mencegah Radikalisme Perlu Bantuan Dosen
INSTIKA1722x ditampilkan Galeri Headline Berita
Guluk-Guluk - INSTIKA - Penegakan Kode Etik Mahasiswa (KEM) mendapat perhatian serius dari pihak pimpinan Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk Sumenep. Masalahnya, ada fenomena baru di kalangan mahasiswa, seperti pakaian mahasiswa yang tidak mencerminkan nilai-nilai Aswaja dan keannuqayahan.
Hal tersebut diketahui dari penyampaian pimpinan pada acara Silaturahim antara pimpinan dan dosen, Rabu (29/01/2020) di Ruang Pertemuan INSTIKA. “Sebagai seorang pendidik, bapak-ibu harus benar-benar memperhatikan anak didik kita, mahasiswa kita, termasuk akhlaknya,” kata Rektor Drs. KH. Ah. Syamli, M.Pd.I.
Belakangan ini, rektor menemukan mahasiswa putri, yang menggunakan aksesoris yang mengarah pada paham di luar Ahlussunnah Waljamaah . “Ini perlu menjadi kajian dan diteliti,” katanya.
Di samping itu, rektor meminta dosen untuk ikut menegur mahasiswa putra atau putri yang bertingkah laku tidak sesuai dengan kode etik mahasiswa dan nilai-nilai pesantren Annuqayah. “Saya kira jangan dibiarkan itu. Dalam kode etik mahasiwa sudah jelas. Jadi bapak-bapak harus menegurnya,” tegas rektor.
Wakil Rektor III, M. Mushthafa, MA., membenarkan apa yang disampaikan rektor. Ia meminta dosen untuk ikut berpartisipasi dalam menegakkan KEM, khususnya terhadap mahasiswa yang terkait dengan radikalisme dan ekstremisme. Caranya, dengan memberikan teguran dan bimbingan. “Perlu memberikan teguran dan arahan meskipun sekadarnya. Karena kalau dibiarkan mereka akan merasa dibenarkan,” tegasnya.
Menurut hasil analisis Wakil Rektor I, Dr. H. Damanhuri, M.Ag., fenomena baru di kalangan mahasiswa tersebut dikarenakan salah satunya adalah perubahan status dari Sekolah Tinggi ke Institut. Dengan perubahan status ini, maka peminat INSTIKA semakin luas seiring dibukanya prodi-prodi baru.
“Jika dulu mahasiswa hanya dari kalangan pesantren dan madrasah, ketika berubah menjadi Institut, otomatis mahasiswanya tidak hanya dari kalangan pesantren dan madrasah, tetapi juga dari sekolah-sekolah umum,” kata wakil rektor yang pernah belajar di Australia ini. Untuk itu, ditegaskannya INSTIKA perlu mengantisipasi masuknya ideologi-ideologi yang dibawa oleh mahasiswa-mahaiswa dari luar pesantren yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Aswaja.
Sehubungan dengan itulah, ia meminta lembaga Aswaja Center di INSTIKA yang baru didirikan untuk membuat program penguatan paham Aswaja di kalangan mahasiswa. Namun, sebelum itu, terlebih dahulu perlu kesamaan paham di kalangan para dosen. Tujuannya semua dosen bisa memberikan teguran dan arahan sesuai dengan paham Aswaja yang diajarkan Annuqayah.
“Saya sangat setuju apabila ada program penguatan paham Aswaja yang sesuai dengan nilai-nilai pesantren Annuqayah di kalangan dosen. Agar kami memiliki pandangan yang sama mengenai keaswajaan dan keannuqayahan ketika memberikan arahan dan bimbingan kepada mahasiswa,” ungkap Nuzulul Khair salah satu dosen tetap INSTIKA.
Penulis: Masykur Arif (LP2D)