Kampus Annuqayah Turut Berdukacita atas Wafatnya Nyai Makkiyah Istri Kiai M Faizi
INSTIKA2755x ditampilkan Galeri Headline Berita
Guluk-Guluk - INSTIKA - Kiai M Faizi, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Al-Furqan Sabajarin, mengabarkan bahwa istrinya, Nyai Makkiyah binti Ashim bin Suruji bin Abdul Ghafur (atau binti Arifah binti Zainullah bin Miftahul Arifin), wafat.
Kabar duka tersebut disampaikan oleh Kiai M Faizi melalui status di akun facebooknya dan video singkat yang menyebar di media sosial.
Kampus Annuqayah (Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) dan Institut Sains dan Teknologi (IST) Annuqayah) Guluk-Guluk Sumenep, turut berdukacita yang sangat mendalam atas wafatnya Nyai Makkiyah.
"Kami atas nama civitas akademika Kampus Annuqayah mengucapkan belasungkawa atas wafatnya istri Kiai Faizi, Nyai Makkiyah. Semoga Kiai Faizi sekeluarga diberi ketabahan dan kesabaran," kata Rektor Drs KH Ah Syamli MPdI.
Rektor mengajak seluruh civitas akademika Kampus Annuqayah ikut mendoakan istri Kiai Faizi. "Insyaallah husnul khotimah dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya," ujarnya.
Dari informasi yang disampaikan langsung Kiai Faizi melalui akun facebooknya itu, Nyai Makkiyah wafat pada pukul 22:00 WIB, Selasa (10/8/2021), di usia 39 tahun.
Dari pernikahannya dengan Kiai Faizi, almarhumah memiliki empat orang putra. Yang sulung perempuan, sementara yang kedua hingga yang bungsu semuanya laki-laki.
Berikut adalah status lengkap Kiai Faizi tentang almarhumah beserta wasiatnya.
"MAKKIYAH
Istri saya, Makkiyah binti Ashim bin Suruji bin Abdul Ghafur (atau binti Arifah binti Zainullah bin Miftahul Arifin), wafat malam ini, Selasa malam Rabu, pukul 22.00, 2 Muharram 1443 H atau 10 Agustus 2021, pada usia 39 tahun. Mohon dimaafkan atas segala kehilafan yang beliau lakukan selagi hidup. Terutama menyangkut haqqul adami atau hubungan sesama antar-manusia, tanggungan dan janji yang belum terlunasi, mohon kiranya sudi menghubungi saya.
Persis sebulan yang lalu, 10 Juli 2021, beliau berpesan kepada saya. “Baju saya sudah hampir selesai dijahit, Kak, tinggal ngepasin dengan tubuh saya untuk dibawa pergi ke Surga.” Saya paham, baju yang dia maksud pasti bukanlah baju sehari-hari, melainkan 'baju' yang lain. Ketika itu, saya menanggapinya dengan guyon dengan berkata, “Biasanya, tukang jahit itu selalu molor. Kukira, bajumu masih lama yang bakal selesai digarap.” Maklum, dia menyampaikan wasiat itu dalam tidur setengah terjaga. Kala itu, lengan kanannya masih bengkak, sakit yang ia tanggung selama empat bulan.
Hari demi hari, setelah itu, ia meminta manonaktifkan akun Facebook dan membagi-bagikan pakaiannya untuk teman-temannya, menjelaskan utang-piutangnya, serta pesan-pesan lain yang sangat rinci, termasuk tempat ia bakal dikuburkan nanti. Salah satu pesannya adalah; "Kalau nanti saya mati, mohon tahlil cukup dengan para santri saja, Kak. Saya takut membuat orang berkerumun karena saat ini pandemi" (kira-kira begitu pesan beliau). Bengkak di lengan pun perlahan mengecil, seperti sembuh, tapi tubuhnya semakin lemah.
Maka, berdasarkan wasiat-wasiat beliau, rencana tahlil memang saya rancang untuk terbatas saja, dengan para santri dan famili dan dimulai hari ini, bakda asar, pukul 15.30, di rumah saya, PP Annuqayah daerah Al-Furqaan Sabajarin. Namun, apabila ada orang yang bergabung, tentu saya tidak bisa menolaknya. Yang jelas, saya telah berniat untuk menunaikan pesan almarhumah kepada saya dengan menyampaikan ini kepada publik.
Maka dari itu, apabila Anda melakukan pembacaan doa/tahlil dari rumah Anda, baik sendirian ataupun mengajak santri atau teman, itu sudah sangat cukup dan sama dengan takziyah kepada saya sekaligus tahlil kepada almarhumah.
Terakhir, terima kasih disampaikan untuk semua yang menolong dan membantu saya, terutama sejak almarhumah sakit hingga saat ini, saat pakaian yang ia katakan sebulan yang lalu itu sudah pas untuk dikenakannya pergi.
انّا لله و انّا اليه راجعون
Penulis: Masykur Arif (LP2D)